Minggu, 14 Juni 2009

ADA APA DISEKOLAHKU

1.1 The Situation and the Condition of SMP Negeri 1 Gedongtataan

Pesawaran in 2008/2009

4.1.1 The Location of SMP Negeri 1 Gedongtataan

SMP Negeri 1 Gedongtataan was estabilished i n 1965. It is located at Desa Bagelen on Jln. Akhmad Yani Gedongtataan Pesawaran. It is approximately 17 kilometres from Bandar Lampung to west.

4.1.2 The Brief Story of SMP Negeri 1 Gedongtataan

Based on the letter of The Minister of Education and Culture, number 101/SK/B/3/65.66, on September 8th 1965 SMP Negeri 1 Gedongtataan was estabilished.

Since it was set up in 1965, it has changed the Headmaster as follows :

1. Cik Ayub Asumat.

2. Ibnu Hajar.

3. Muhammad Nuh Efendi.

4. S. Hendro Subarjo.

5. Emu Syahri Suanda, BA.

6. Sofyan RG.

7. Drs. Mangasa Gultom.

8. Hj. Hozanah, S.Pd.

9. Drs. Sutarman.

10. Sudiyarso, S.Pd

From year to year SMPN 1 Gedongtataan has changed not only in quality but also in physic. To know the facilities in SMPN 1 Gedongtataan, let see the table bellow :

TABLE 1

TOTAL KINDS OF ROOMS AT SMPN 1 GEDONGTATAAN

PESAWARAN IN 2008 / 2009

No

Kinds of Room

Total

1

The room of Headmaster

1

2

The room of Vice headmaster

2

3

The room of Administration office

1

4

The room of teacher

2

5

The room of Classes

27

6

The room of Computer

1

7

The room of Language Laboratory

1

8

The room of Science Laboratory

2

9

The room of medical Clinic

1

10

The room of Library

2

11

The room of Skill

1

12

The room of School fee payment

1

13

Mosque

1

14

The room of Students’ consultation

1

15

Canteen

2

16

The room of Meeting

1

17

Vehicle Parking

2

18

The Multimedia room

1

18

The room of Toilet

10

Total

60

Source : SMPN1 Gedongtataan

4.1.3 The Situation of the Teachers and the Administration Staffs of SMP Negeri 1 Gedongtataan in 2006 / 2007

The total of the teachers in this school are 72 teachers, 6 staffs, 2 librarians, 1 security and 2 gardener. For the further information see the table 2.

TABLE 2

THE CONDITION OF THE TEACHERS AND ADMINISTRATION

STAFFS OF SMPN 1 GEDONGTATAAN IN 2008/2009.

No

Name of Teachers

Job Description

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Drs. Sutarman

Suariah, A.Md

Solekha, A.Md

Dra. Aminah

Dra.Irianti

Sunardi

Dra. Sri Yulismawati

Wagini, A.Md

Heri Subagio, S.Pd

Moh.Farhan Fahmi, S.Pd

Teguh Puwadi, A.Md

I Made Subagia, S.Pd

Amat Sudjari, S.Pd

Jumidar, A.Md

Tri Utaria, S.Pd

Dorti Silaban, S.Pd

Hariani, S.Pd

Headmaster

Vice Headmaster

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

Eni Muryati, A.Md.

Basatarully.S, S.Pd.

Titin Sudarwati, S.pd.

Lanaida, A.Md.

Sunyoto, A.Md.

Mardiyanto, A.Md.

Yantinarwelli, A.Md.

Humam

Marsidik.

Yunias M. Pasaribu.

Rukmawati.

Marwi, A.Md.

Karalam Dolok .S

Hasbiyul Furqon, M.Ag.

Solikhin, S.Pd.

S.Haryoto

Suhermiyati, A.Md.

Istiningsih, S.Pd.

Yuniarti, S.Pd.

Siswati

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

Laela Lesmaningsih, S.Pd.

Hermawati, S.Pd.

Effendi Abduh

Yaniar Enanai, S.Pd

Nurseha, S.Pd.

Sri Sundariningsih, S.Pd.

Juli

Sumi Rahayu, S.Ag

Sri Astuti, S.Ag.

Maryana, A.Md.

Marwiyah, S.Pd.

Resmiati, S.Pd.

Indah Dwijayani, S.Pd.

Arnita Yelli

Nilawati

Maria Rita

Susi Aguisriani, S.Pd.

Joko Hasan Santoso.

Ediyasari, A.Md.

Etti Sofia, A.Md.

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

Dian Maulina, S.Pd

Tuti Nurjanah, S.Pd.

Dwi Engdang Oktariyani.

Tri Winarni, B.Sc.

Edi Gunawan.

Herliyawati.

N. Sucipto.

Mahrojawati.

Sunarto, S.Si.

Tri Sabtuti.

Frans Indra. PH.

Darus.

Habib

Parmono.

Siti Mishatin

Sukaryati

Turmudi.

Martunus.

Desi

Nurmalasari

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Teacher

Librarian

Security

Gardener

Gardener

Staff

Staff

Staff

Staff

Staff

Staff

Staff

Source : SMPN 1 Gedongtataan

4.1.4 The Situation of the Students of SMPN 1 Gedongtataan in 2008 / 2009.

SMP Negeri 1 Gedongtataan has 957 students that consists of 319 students for VII class, 320 students for VIII class and 318 students for IX class. For the detail of the students condition of SMP Negeri 1 Gedongtataan, we can see the table 3.

TABLE 3

THE CONDITION OF THE STUDENTS OF SMP NEGERI 1

GEDONGTATAAN PESAWARAN IN 2008/2009.

No

Class

Total of Class

Sex

Total of Students

Male

Famale

1

VII

8

132

187

319

2

VIII

8

155

165

320

3

IX

8

144

174

318

Total

24

431

526

957

Source : SMPN 1 Gedongtataan

Minggu, 31 Mei 2009

DurhakaS

Durhaka Kepada Orang Tua

Coppied by Admin


Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka. [QS. Al-Isra' (17): 23]

‘Uquuqul walidain (durhaka kepada orang tua) adalah dosa besar. Karena itu, Rasulullah saw. –seperti yang dikutip oleh Ibnu Al-Atsir dalam kitabnya An-Nihaayah—melarang perbuatan durhaka kepada kedua orang tua.

Seseorang dikatakan ‘aqqa waalidahu, ya’uqquhu ‘uqaaqan, fahuwa ‘aaqun jika telah menyakiti hati orang tuanya, mendurhakainya, dan telah keluar darinya. Kata ini merupakan lawan dari kata al-birru bihi (berbakti kepadanya).

Kata al-’uquuq (durhaka) berasal dari kata al-’aqq yang berarti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u (memotong). Jadi, seorang anak dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan tidak berbuat baik kepadanya, atau dalam bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah al-‘aqaqah. Berdasarkan pemaknaan ini, maka rambut yang keluar dari kepala seorang bayi yang baru lahir dari perut ibunya dinamakan dengan aqiiqah, karena rambut itu akan dipotong.

Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya.

Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua.

Sebesar apa pun ibadah yang dilakukan oleh seseorang hamba, itu semua tidak akan mendatangkan manfaat baginya jika masih diiringi perbuatan durhaka kepada kedua orang tuanya. Sebab, Allah swt. menggantung semua ibadah itu sampai kedua orang tuanya ridha.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa dia berkata, “Tidaklah seorang muslim memiliki dua orang tua muslim, (kemudian) dia berbakti kepada keduanya karena mengharapkan ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan dua pintu untuknya –maksudnya adalah pintu surga–. Jika dia hanya berbakti kepada satu orang tua (saja), maka (pintu yang dibukakan untuknya) pun hanya satu. Jika salah satu dari keduanya marah, maka Allah tidak akan meridhai sang anak sampai orang tuanya itu meridhainya.” Ditanyakan kepada Ibnu ‘Abbas, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya?” Ibnu ‘Abbas menjawab, “Sekalipun keduanya telah menzaliminya.”

Oleh karena itu ketika ada seseorang yang memaparkan kepada Rasulullah saw. tentang perbuatan-perbuatan ketaatan (perbuatan-perbuatan baik) yang telah dilakukannya, maka Rasulullah saw. pun memberikan jawaban yang sempurna yang dikaitkan dengan satu syarat, yaitu jika orang itu tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.

Diriwayatkan dari ‘Amr bin Murah Al-Juhani r.a. bahwa dia berkata, “Seorang lelaki pernah mendatangi Nabi saw. kemudian berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku telah bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang haq), kecuali Allah dan bahwa engkau adalah utusan Allah. Aku (juga) telah melaksanakan shalat lima (waktu), menunaikan zakat dari hartaku, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Nabi menjawab, ‘Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan (seperti) ini, maka dia akan bersama para nabi, shiddiqiin, dan syuhada pada hari Kiamat nanti seperti ini –beliau memberi isyarat dengan dua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah)—sepanjang dia tidak durhaka kepada kedua orang tuanya.’”

Hadits-hadits Tentang Durhaka

Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka!” Seseorang bertanya, “Siapa yang celaka, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab, “Barangsiapa yang sempat bertemu dengan kedua orang tuanya, tetapi dia tidak bisa masuk surga (karena tidak berbakti kepada mereka).”

Diriwayatkan dari Jabir bin Samrah r.a., dia berkata, Nabi saw. pernah naik ke atas mimbar, kemudian dia mengucapkan, “Amin, amin, amin.” Lalu beliau bersabda, “Jibril a.s. telah mendatangiku, kemudian dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang sempat bertemu dengan salah satu dari kedua orang tuanya (dan tidak berbakti kepada mereka), kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’. Jibril kemudian berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang menjumpai bulan Ramadhan (dan dia tidak berpuasa) kemudian meninggal dunia, maka Allah tidak mengampuninya, dimaksukkan ke neraka, dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku pun mengatakan ‘amin’.’ Jibril kemudian berkata, ‘Barangsiapa yang ketika disebutkan namamu di sisinya, tetapi dia tidak (membaca) shalawat kepadamu, kemudian dia meninggal dunia, maka dia akan masuk neraka dan Allah akan menjauhkan dia dari (rahmat-Nya). Katakanlah (olehmu) ‘amin’, maka aku mengatakan ‘amin’.'”

Diriwayatkan dari Mughirah, dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kepada kalian perbuatan durhaka kepada ibu-ibu (kalian), menuntut sesuatu yang bukan hak (kalian), dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga telah membenci percakapan tidak jelas sumbernya, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.”

Bukhari-Mualim meriwayatkan dari Abu Bakrah, dari bapaknya bahwa dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Maukan kalian jika aku beritahukan (kepada kalian) tentang dosa yang paling besar?’ Beliau mengucapkan sabdanya ini sebanyak tiga kali. Kami menjawab, ‘Mau, ya Rasulullah.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.’ Saat itu beliau sedang bersandar, kemudian beliau duduk, lalu bersabda, ‘Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu. Ketahuilah, (juga) kata-kata palsu dan kesaksian palsu.’ Beliau terus mengatakan hal itu sampai aku berkata, beliau (hampir saja) tidak diam.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Angin surga akan dihembuskan dari jarak lima ratus tahun dan tidaklah akan mencium bau surga itu orang yang suka menyebut-nyebut amal perbuatannya, orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan orang yang kecanduan khamr.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a. bahwa dia bersabda, Rasulullah saw. bersabda, “(Ada) tiga orang yang tidak akan dilihat Allah pada hari Kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang tuannya, orang yang kecanduan khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya.”

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa dia berkata, Rasulullah bersabda, “Di antara dosa yang paling besar adalah (apabila) seorang anak melaknat kedua orang tuanya.” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seorang anak melaknat kedua orang tuannya?” Rasulullah saw. menjawab, “(Apabila) anak mencaci ayah orang lain, maka berarti dia mencaci ayahnya (sendiri), dan dia mencaci ibu orang lain, maka berarti dia telah mencaci ibunya (sendiri).”

Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. bahwa dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidaklah dianggap berbakti kepada sang ayah jika seseorang menajamkan pandangan (matanya) kepada ayahnya itu karena ia marah (kepadanya).’”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bersabda beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah swt. tidak menyukai perbuatan durhaka (kepada kedua orang tua).”

Diriwayatkan dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Setiap dosa akan Allah tangguhkan (hukumannya) sesuai dengan kehendak-Nya, kecuali (dosa karena) durhaka kepada kedua orang tua. Sesungguhnya Allah swt. akan menyegerakan hukuman perbuatan itu kepada pelakunya di dunia ini sebelum ia meninggal.”

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda, “Keridhaan Allah itu ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada kemarahan kedua orang tua.”

Bentuk-bentuk Perbuatan Durhaka

1. Tidak memberikan nafkah kepada orang tua bila mereka membutuhkan.

2. Tidak melayani mereka dan berpaling darinya. Lebih durhaka lagi bila menyuruh orang tua melayani dirinya.

3. Mengumpat kedua orang tuanya di depan orang banyak dan menyebut-nyebut kekurangannya.

4. Mencaci dan melaknat kedua orang tuanya.

5. Menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena suatu hal.

6. Membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan sesuatu hal, meskipun sang anak berhak untuk melakukannya. Tapi ingat, hak kedua orang tua atas diri si anak lebih besar daripada hak si anak.

7. Malu mengakui kedua orang tuanya di hadapan orang banyak karena keadaan kedua orang tuanya yang miskin, berpenampilan kampungan, tidak berilmu, cacat, atau alasan lainnya.

8. Enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya.

9. Duduk mendahului orang tuanya dan berbicara tanpa meminta izin saat memimpin majelis di mana orang tuanya hadir di majelis itu. Ini sikap sombong dan takabur yang membuat orang tua terlecehkan dan marah.

10. Mengatakan “ah” kepada orang tua dan mengeraskan suara di hadapan mereka ketika berselisih.

Penutup

Rasulullah saw. berpesan, “Berbaktilah (kalian semua) kepada bapak-bapak kalian, (niscaya) anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian.”